
coba kembali kiprah di blog ini
sekedar sharing informasi tentang dunia farmasi
2012 sudah begitu banyak yang terlewatkan.
salam sejawat,
Hal yang sama mungkin atau tidak mungkin berlaku pada manusia, karena belum ada lagi penelitian yang dilakukan tentang hal tersebut. Tapi penemuan itu mempunyai implikasi yang nyata untuk menjaga "masa kesuburan jantan" dalam kehidupan hewan, bahkan mungkin juga manusia.
Para ilmuwan tersebut "mengandangkan" satu kelompok mencit jantan dengan betina sampai selama 32 bulan (hampir 3 tahun), sedangkan kelompok yang lain dibiarkan "hidup sendiri" dalam masa yang sama. Mereka menemukan bahwa jantan yang hidup dengan betina mempunyai masa subur rata-rata lebih panjang 6 bulan daripada yang hidup membujang. Penurunan masa subur mencit yang membujang ini disebabkan oleh karena tidak bekerjanya dengan sempurna proses memproduksi sperma pada mencit tersebut.
"Ditemukan bahwa masa subur tikus yang dikandangakn antara jantan dan betina memperlambat penurunan proses reproduksi pada tingkat sel yang dapat mempengaruhi sel-sel disekitar stem sel yang memproduksi spermatozoa di dalam testes mencit jantan. " kata pimpinan peneliti Ralph Brinster dari School of Veterinary Medicine, University of Pennsylvania. Penemuan itu akan diberikan detail dalam "Journal Biology of Reproduction" minggu ini.
"Efek ini pasti berlaku juga pada semua species, termasuk manusia. Namun sangat sulit, mungkin tidak mustahil, untuk melakukan studi langsung pada manusia, katanya. Penemuan ini juga mempunyai kaitan dengan perlindungan terhadap species yang terancam punah."
Semoga Bermanfaat,
Salam Sejawat,
Apoteker.
(Dikutip dari Associated Press, 26-1-2009)
Djenkolic acid pertama kali diisolasi oleh Van Veen and Hyman dalam Tijdschr. Nederl. Indie 73: 991. tahun 1933 dengan menguji urin orang jawa setelah makan buah jengkol yang menderita keracunan. Mereka berhasil mengisolasi kristal asam jengkolat dari buah jengkol yang diberi perlakuan dengan Ba(OH)2 pada suhu 30°C selama waktu tertentu.
Asam jengkolat kemudian ditemukan sebanyak 20 gram dalam setiap kilogram dari buah jengkol kering dan dilaporkan juga bahwa asam jengkolat ini ditemukan dalam biji tumbuhan famili leguminoceae lainnya dalam jumlah yang lebih sedikit seperti pada Leucaena esculenta (2.2 g/kg) dan Pithecolobium ondulatum (2.8 g/kg)
Du Vigneaud dan Patterson dalam J. Biol. Chem. 114: 533–538 http://www.jbc.org/cgi/reprint/114/2/533.pdf., berhasil mensintesis secara kondensasi methilena klorida dengan 2 mol L-sistein dalam laarutan amoniak dan menemukan bahwa senyawa yang dihasilkan identik djenkolic acid alami. Kemudian, Armstrong dan du Vigneaud dalam J. Biol. Chem. 168: 373–377. http://www.jbc.org/cgi/reprint/168/1/373.pdf mempersiapkan asam jengkolat dengan mengkombinasikan langsung 1 mol formaldehid dengan 2 mol L-sistein dalam larutan asam kuat.
Semoga bermanfaat,
Salam Sejawat
Apoteker